Komentar Negatif atau Positif ?


Setelah lelah mencari ide, menyusun tulisan bahkan sampai minta tolong orang lain untuk menilai hasil tulisan sebelum diposting. Hal selanjutnya adalah menunggu komentar yang akan masuk. Pahit, manis, pedas, kalem, bahkan terkesan menghibur pun harus siap diterima. Biasanya kalau ceritanya tentang sesuatu yang tak enak, pasti dapat komentar pedas, begitu pula sebaliknya. Tapi tak jarang juga, sudah susah payah membuat cerita yang manis tiba-tiba ada yang berkomentar pahit banget.

Aduh kalau sudah begini, kumat deh penyakit lama… ini orangnya pintarnya komen aja, kenapa dia gak nyoba untuk menulis?

Jelas tidak seharusnya kita bersikap seperti itu. Justru kritik melalui komentar itu kadang-kadang berguna untuk membangun, entah itu ilmu baru atau pun memperbaiki cara kita menulis. Tapi ya itu tadi… kadang komentar tak enak itu seringkali jadi di luar batas kalau dibiarkan. Hampir setahun sudah saya menulis, jadi mulai bisa menilai beberapa jenis komentator.

Ada yang kritiknya cukup baik dan memang bisa diambil manfaatnya, tapi yang lain terkadang tidak berhubungan dengan isi tulisan, orang jenis ini mungkin hanya membaca judulnya saja dan lantas meninggalkan komentar sekedarnya untuk sekalian menitip link blog. Dan yang paling membingungkan ketika seseorang meninggalkan komentar seperti curhat berhalaman-halaman. Oh ya, ada juga yang sibuk mengomel karena merasa tulisan yang diposting tidak sesuai dengan agama tertentu.

Di antara semua komentar yang menunggu moderasi di blog-blog milik saya, saya jarang menghapus komentar. Meskipun bukan artis terkenal, saya berusaha belajar menghargai komentar orang lain. Entah itu negatif atau positif, pahit atau pedas, semuanya saya biarkan terbagi dengan pembaca lain. Toh kalau pemikiran kita memang benar, pasti ada pembaca lain yang akan membela tanpa perlu kita bantah atau lawan. Kalau terlalu ‘pedas’, mungkin saja saat berkomentar orang tersebut sedang merasa kesal karena hal lain dan merasa membagi komentar seperti itu bisa mengurangi rasa kesalnya. Pokoknya semua ditanggapi dengan dingin-dingin saja, karena itulah penting sekali memilih saat yang paling menyenangkan ketika mengecek komentar.

Kalaupun ada yang terpaksa saya hapus ketika seseorang mengirim komentar sampai lebih dari 1000 kata (bahkan mengalahkan isi tulisannya) atau yang jelas-jelas spam atau yang menghina dan berisi link porno. Ada juga yang tetap saya publish komentarnya tapi saya hapus linknya kalau link itu bersifat politik, menebarkan informasi negatif yang bertentangan dengan isi blog saya atau pemasaran iklan untuk sesuatu yang tak jelas seperti arisan online dan lain-lain.

Sekarang, ada hal yang tidak mengenakkan dari teman-teman pembaca yang terkadang memilih lebih baik mengirimi saya pesan di Facebook profile dibanding meninggalkan komentar karena terkadang susah menebus ‘batas’ captcha. Terus terang, saya juga dihadapkan pada kebingungan yang sama. Kalau saya share tanpa mesin auto captcha, nanti komentar spam akan berpesta pora di semua tulisan saya. Jadi ibarat memakan buah simalakama, dimakan salah, tak dimakan salah ( Atau saya jual saja :) )

Komentar, negatif atau positif adalah sesuatu yang berharga untuk ditunggu. Ia adalah pertanda bahwa blog kita sudah dikunjungi, tulisan kita berhasil mendapat respon dan berarti cambuk terbaik untuk tetap menulis. Ingatlah bahwa tanpa pembaca, penulis manapun pasti takkan bisa berkembang.


...

Komentar

Postingan Populer