Emansipasi Membuat Wanita Sulit Cari Suami
Phyllis McAlpin Stewart Schlafly, seorang pengacara konstitusi dan aktivis konservatif, membuat heboh Amerika dengan artikelnya di www.christianpost.com yang berjudul Facts and Fallacies About Paycheck Fairness. Hampir semua media besar dari Huffington Post, Washington Post sampai CNN membahas isi artikel tersebut yang intinya menyatakan tuntutan persamaan hak gaji bagi perempuan justru akan membuat mereka kesulitan untuk mendapatkan suami.
Phyllis Schlafly menyatakan bahwa gerakan feminis sudah melenceng dan menggunakan data yang tidak valid dalam memperjuangkan persamaan hak atas gaji. Undang-undang AS menyerukan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama , tetapi slogan feminis tidak didasarkan pada pekerjaan yang sama karena wanita bekerja lebih sedikit, dan ‘picky’ dalam memilih pekerjaan.
Sedangkan pria bersedia untuk bekerja dalam kondisi kerja yang tidak menyenangkan untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi, bahkan 92 persen kematian pria berhubungan dengan pekerjaan.
Tapi bukan persamaan hak yang menjadi kekuatiran Mrs. Phyllis Schlafly melainkan kenyataan bahwa perempuan biasanya memilih pasangan dengan penghasilan lebih tinggi sementara pria ingin berpenghasilan lebih tinggi dari perempuan. Jadi dengan perhitungan sederhana bila kesenjangan gaji dihilangkan maka setengah dari perempuan tidak akan mampu untuk menemukan apa yang mereka anggap sebagai pasangan yang cocok.
Headline media atas artikel ini umumnya langsung mempermasalahkan pendapat bahwa kalau perempuan gajinya sama maka perempuan makin sulit cari pasangan saja. Malah cenderung jadi bahan olok-olokan nasional seperti yang dilakukan Stephen Colbert pada Colbert Report edisi 24 April meski sebenarnya dalam artikel asli, tulisan dia banyak didukung oleh fakta-fakta bahwa kesenjangan gaji justru sebagai akibat pilihan profesi dan pilihan program studi wanita sendiri.
Sulit rasanya kita menutup mata bahwa pernyataan “perempuan biasanya memilih pasangan dengan penghasilan lebih tinggi sementara pria ingin berpenghasilan lebih tinggi dari perempuan” tidak berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari…
Phyllis Schlafly menyatakan bahwa gerakan feminis sudah melenceng dan menggunakan data yang tidak valid dalam memperjuangkan persamaan hak atas gaji. Undang-undang AS menyerukan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama , tetapi slogan feminis tidak didasarkan pada pekerjaan yang sama karena wanita bekerja lebih sedikit, dan ‘picky’ dalam memilih pekerjaan.
Sedangkan pria bersedia untuk bekerja dalam kondisi kerja yang tidak menyenangkan untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi, bahkan 92 persen kematian pria berhubungan dengan pekerjaan.
Tapi bukan persamaan hak yang menjadi kekuatiran Mrs. Phyllis Schlafly melainkan kenyataan bahwa perempuan biasanya memilih pasangan dengan penghasilan lebih tinggi sementara pria ingin berpenghasilan lebih tinggi dari perempuan. Jadi dengan perhitungan sederhana bila kesenjangan gaji dihilangkan maka setengah dari perempuan tidak akan mampu untuk menemukan apa yang mereka anggap sebagai pasangan yang cocok.
Headline media atas artikel ini umumnya langsung mempermasalahkan pendapat bahwa kalau perempuan gajinya sama maka perempuan makin sulit cari pasangan saja. Malah cenderung jadi bahan olok-olokan nasional seperti yang dilakukan Stephen Colbert pada Colbert Report edisi 24 April meski sebenarnya dalam artikel asli, tulisan dia banyak didukung oleh fakta-fakta bahwa kesenjangan gaji justru sebagai akibat pilihan profesi dan pilihan program studi wanita sendiri.
Sulit rasanya kita menutup mata bahwa pernyataan “perempuan biasanya memilih pasangan dengan penghasilan lebih tinggi sementara pria ingin berpenghasilan lebih tinggi dari perempuan” tidak berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari…
...
Komentar