Membangun Ketulusan Niat


Nabi Muhammad SAW bersabda,“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya,
dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai apa yang diniatkan,
barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia
yang akan didapatkan atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya
sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari Muslim)

Hadist diatas memberikan pelajaran yang berharga bagi kita. Pesan dalam hadist ini juga begitu dalam hingga bisa menggugah jiwa religiusitas dan naluri berpikir kita. Setiap langkah yang kita ambil dalam hidup ini, tidak akan pernah lepas dari niat. Apapun tujuan hidup kita, baik itu sebuah mimpi dan cita-cita harus dimulai dengan ketulusan niat. Jika niat kita salah, kesalahan pasti menghantui diri kita. Karena itu, sangat penting untuk berhati-hati saat meniatkan sesuatu.

Dalam hidup ini, Niat adalah kekuatan terbesar dan langkah awal untuk menggapai sebuah kesuksesan. Tidak mungkin seseorang berhasil mencapai sesuatu yang diharapkan tanpa didasari niat yang kuat. Negara Indonesia tempat kita hidup dan berpijak saat ini, merupakan akumulasi dari berjuta-juta niat dan harapan para pejuang. Niat dan harapan itu adalah terbentuknya Negara yang berasaskan kebinekaan, keragaman dan sangat menghargai setiap perbedaan.

Dalam ajaran Islam, niat memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses ibadah dan pembentukan spiritual orang beriman. Tidak ada ibadah atau praktik penyembahan dalam Islam tanpa melibatkan ketulusan niat seseorang. Salat, puasa, haji dan semua "Ibadah Amaliyah" wajib dilakukan dengan niat yang benar.

Demikian pula, Teori penalaran Hukum Islam yang membahas tentang niat sangat beragam. Kita ambil contoh yang paling masyhur, " Al-Amru Bi Maqasidiha " Segala sesuatu tergantung maksud dan tujuannya. Menurut teori ini, Seseorang akan mendapatkan konsekuensi dari niat terhadap perbuatan yang dilakukan. Contohnya, Orang yang membunuh orang lain karena faktor kesalahan, seperti kecelakaan di jalan raya. tak bisa dijatuhi hukuman pembunuhan karena faktor yang mendasari hukum ini yaitu, ketidaksengajaan dalam perbuatan.

Saya akan memberi 2 Poin penting yang bisa kita kembangkan dalam membangun ketulisan niat
dalam diri kita.

Pertama, "Surrender Yourself" Pasrahkan Diri Kepada Allah.

Tawakkal, adalah kata yang akrab sekali di telinga kita, terlebih saat kita sedang menghadapi masalah-masalah. Seseorang akan berkata, "Tawakkal ajalah, semua akan baik-baik aja Insyaallah". Bagi saya, ini adalah ungkapan yang sebenarnya sangat ajaib. Menyarankan orang lain untuk "tawakkal" berserah diri adalah langkah yang tepat.


Agar dengan cara seperti itu, orang yang sedang berada dalam tekanan masalah, tidak lantas putus asa dari rahmat Allah. Akan tetapi, perlu kita sadari bahwa berserah diri sepenuhnya kepada dzat yang maha kuasa, haruslah didahului dengan usaha maksimal dan kerja keras. Kita tidak bisa hanya berserah diri saja,  tanpa hasrat dan ambisi untuk menyelesaikan problematika kehidupan yang kita hadapi.

Sebagai manusia, berserah diri sangat memberi arti dalam hidup kita, orang yang berserah diri akan merasakan ketenangan batin dan spiritual yang mendalam. Oleh sebab itulah tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berserah diri kepada Allah setelah proses panjang dalam perjalanan hidup kita. Mereka yang tidak memiliki kecenderungan bertawakkal kepada Tuhannya, dinamika kehidupan seolah-olah menjadi neraka yang siap membakar jiwa dan raga mereka. Itu semua karena mereka tidak memiliki tempat bersandar yang kuat dan abadi. Padahal hanya Allah Tuhan  yang maha kuasa, Sang Penolong kita dalam ketidakabadian di dunia ini. Sebagaimana dzikir yang sering kita baca,


" Hasbuna Allah Wa Ni'mal Wakil Wa ni'mal Maula Wa ni'ma Annasir".

Cukuplah Allah Sebaik-baik wakil, pembimbing dan penolong
dalam sepanjang hidup kita.

Kedua,   Fokus Kepada Pengabdian Diri Kepada Allah.

Orang beriman yang benar-benar mengerti Tuhannya, sudah seharusnya mengabdikan diri secara total. Totalitas dalam beribadah, bekerja dan berintraksi kepada orang-orang disekitar hidupnya. Dan totalitas yang harus kita lakukan berbentuk tindakkan-tindakan positif tanpa pamrih duniawi. Jika segala perbuatan baik kita nilai dengan materi, ketulusan niat hanya akan menjadi angan-angan kosong yang tidak berguna. Disamping itu, saat melakukan proses pengabdian diri, jangan sampai kita tergoda, tertipu dan terlena terhadap bayang-bayang semu dari kenikmatan duniawi. Hal inilah yang kadang kala mengikis iman orang yang sedang menempuh jalan menuju Tuhannya.

Allah swt Tuhan yang Esa, berkuasa atas segala sesuatu dan sumber dari kekuatan makhluk hidup di dunia ini. Karena itu, keraguan kepadanya dapat menghancurkan diri kita dan membuat semuanya menjadi sulit dan tak terkendali. Kita wajib menanamkan semangat untuk menjadi hamba yang baik dan berkontribusi di dalam masyarakat.


Pengabdian diri kepada Allah swt, tidak hanya terjadi di ranah peribadatan, tetapi lebih dari itu. Dalam hubungan antar manusia pengabdian diri seperti, terlibat dalam pembangunan karakter mental dan menjadikan diri teladan terbaik bagi orang lain adalah bentuk pengabdian diri kepada Tuhan yang sangat mengagumkan.

Kang Robby

Komentar

Postingan Populer