Sandal Buruk Rupa (2) (Merenung Sampai Mati - Pri GS)

Tukang sandal ini selalu berhenti di depan rumahku, sehingga terpaksa lahirlah episode Sandal Buruk Rupa bagian yang kedua. Bagian pertama telah terjadi hampir dua tahun lalu, dan tukang sandal itu, hingga dua tahun kemudian berhenti lagi di depan rumahku.


Pada mulanya, setiap orang ini lewat dengan sepeda bututnya, dengan kotak kayu di goncengannya dan ia berdiri termangu, aku ganti ikut termangu. Jika tukang sandal dan sol sepatu itu menerawangkan sepinya pekerjaan, aku ganti menerawang betapa ironi masih amat penuh di negaraku. Sementara hanya dengan menulis novel saja JK Rowling memilki kekayaan yang konon melebih kekayaan ratunya sendiri, Elizabeth, sementara dua anak muda Larry Page dan Sergey Brin, dengan ketawa-ketiwi bisa melahirkan Google dan menjadi milyader dunia, di depan rumahku masih ada tukang jahit sandal dan sol sepatu.

Melihat profesi penjahit sandal ini aku serasa melihat dinosaurus hidup kembali. Negaraku seperti museum besar, tempat bermacam-macam kehidupan yang cuma layak ada di masa lalu masih hidup hingga kini. Setiap tukang sandal itu termangu, aku juga ikut termangu, itulah kenapa kami merasa harus bertemu. Aku merasa harus beremphati pada orang ini, syukur-syukur berbagi rezeki. Maka meskipun tak butuh jasanya, aku cari-cari juga sandal yang bisa ia reparasi. Sekadar untuk berbagi kegembiraan.

Telah kuceritakan sekitar dua tahun lalu itu, tentang sandalku yang bagus rupanya tapi lemah jahitannya, yang kemudian aku bengkelkan ke tukang ini. Hasilnya malah membuatku murka. Sandal itu menjadi kuat sekali, tetapi kemudian menjadi buruk sekali. Tukang sandal ini aku marahi habi-habisan. Sandal itu, begitu habis diperbaiki, malah langsung tidak berguna sama sekali. Tukang ini lalu kuberi bermacam-macam kotbah, mulai dari kotbah manajemen sampai kotbah spriritual. Bagaimana ia harus berkomunikasi sampai bagaimana harus mengambil hati pelanggan jika tidak ingin bisnisnya mati. Kemarahanku yang menggila itu cuma menandakan, bahwa sesungguhnya, niatku saat itu memang tidak benar-benar ingin menolongnya, tetapi sekadar mengagumi kedermawananku sendiri. Maka kekecewaanku ganda waktu itu, kecewa pada diriku sendiri, kemudian kecewa pada tukang sandal ini.

Tetapi dua tahun kemudian, tukang itu masih juga berhenti di rumahku dengan ekspresi yang masih sama, masih termangu seperti dulu. Tampangnya masih memelas saja. Aku pun tergoda kembali untuk jatuh iba dan sok ingin berbuat mulia. Ee barangkali ia telah berubah. Telah belajar dari kesalahannya kepadaku dulu. Inul Daratista dan Elvi Sukaesih yang dulu berseteru saja kini sudah duet, kenapa aku dan tukang sandal ini tidak berdamai. Maka kembali kucari-cari sandal yang bisa untuk memberi proyek padanya. Bukan besarnya pekerjaan tetapi niat baik berbagi kegembiraan itulah yang kupikirkan. Di mana ada niat, di situ ada alat. Sandal buruk rupa itu, masih ada juga di rumahku. Maka lagi-lagi untuk yang kedua kali, aku bertransaksi pada tukang ini. Aku sengaja membiarkan dia berbuat apa saja, tak perlu tanya soal harga, toh pasti dia sudah berubah dan aku hendak berbuat baik pula. Ia pasti sudah menjadi lebih baik dan mengerti kebaikan orang lain, apalagi di depan orang yang pernah memarahinya dulu.

Tapi abrakadabra, setelah sandal itu rampung, ternyata tarifnya mahal sekali. Lebih tinggi dari harga sandal ini ketika ia kubeli (karena memang sandal murah). Mentang-mentang aku tak bertanya berapa, ia memukul harga seenaknya. Orang ini benar-benar dengan sengaja memanfatakan keadaan. Aku kecewa sekali. Tukang sandal ini ternyata belum berubah. Sakit sekali hatiku ini karena merasa dizalimi. Tepai lebih besar lagi ternyata adalah kekecewaan pada diriku sendiri. Aku ternyata juga belum berubah juga. Masih sok dermawan tetapi sebelullnya hanya ingin mencari kepuasan atas pujian.

-------------------------
Informasi, saran, kritik, Hubungi segera : 

WA: 0811 3010 123

sms:08113010123?body=halo
Telp/SMS : 0811 3010 123

*tombol hanya berfungsi jika anda mengakses web ini via Smartphone

Komentar

Postingan Populer