Sherina dan Indonesia (Merenung Sampai Mati - Pri GS)

SEANDAINYA anak-anak Indonesia berkesempatan tumbuh seperti Sherina..., begitu pikirku suatu kali. Sejak lama anak itu membuatku termangu. Sejak usia SD kelas dua ia telah menggemparkan Indonesia dengan lagu anak-anak yang tak biasa. Lagu yang bahkan orang tua pun berat menyanyikannya. Lagu yang amat dewasa, amat berselera tetapi tanpa menganggu masa kanak-kanaknya. Anak itu tetaplah anak-anak, tetapi dari jenisnya yang berbeda. Keberanian meneguhkan perbedaan ini, sungguh menggugah rasa hormatku, terutama pada keluarganya.
 
 
Di usai sedini itu, bahasa Inggrisnya telah baik sekali. Ia tampak mungil nyelip di antara sosok-sosok Westlife yang raksasa ketika boysband itu datang ke Indonesia. Tetapi anak ini berdialog dengan mereka seperti kepada teman sepermainannya. Ini sebuah syiar yang menggugah kepada anak-anak di negaraku yang terancam inferior oleh kekuatan asing. Lalu terbayanglah di benakku tokoh Haji Agus Salim yang kecil dan kurus tetapi begitu sampai di podium langsung berubah menjadi singa. Terbayang Sutan Syahrir dengan fisik yang seadanya, tetapi dengan isi pikiran seluas Indonesia Raya.

Ketika Sherina main film, aku diseret putriku untuk ikut antre berdesakan cuma untuk bisa menontonnya. Aku terharu melihat film ini. Bukan karena terhasut pada ceritanya, melainkan karena terhasut imajinasiku sendiri. Melihat akting Sherina yang alamiah dengan pipi segembul mangga muda, aku menoleh untuk melihat putriku sendiri. Anak yang lahir dari kemampuan kami yang sederhana. Kepadanya belum bisa kuberikan kursus balet, kursus bahasa, kursus piano, kursus vokal, kursus wushu... seperti yang telah diperkenalkan kepada Sherina sejak balita.

Kepada anakku, paling banter baru bisa aku ikutkan kursus menghitung cepat yang pernah jadi wabah itu. Begitu cepatnya kemampuan menghitung itu hingga kalkulator sendiri tak berdaya melawannya. Tetapi sebelum kecepatan anakku dalam menghitung itu benar-benar menggila, aku telah menghentikannya. Aku ketakutan jika kecepatan menghitung itu sudah dia punya, tetapi yang dihitung ternyata tidak ada. Aku mungkin tidak sangup memberikan seluruh kursus terbaik pada anakku. Tetapi setidaknya aku masih bisa mengajarkannya untuk tidak mudah tertipu, sibuk mengajaknya menghitung barang-barang yang bukan miliknya. Aku tidak ingin anakku ngebut dan bergaya di jalan raya dengan sepeda motor yang tengah macet angsuran kreditnya.

Kini Sherina telah dewasa, tetapi rasa cemburuku pada keluarganya malah kian bertambah saja. Seandainya seluruh keluarga di Indonesia memiliki kesempatan serupa, anak-anak di negeri ini, tentu lebih mudah bergembira, lebih mudah menemukan dirinya. Di album terbarunya, album remajanya yang pertama, kekuatannya sebagai anak muda itu hadir penuh. Ia menghapus seluruh bayang-bayang masa kecilnya tanpa harus menjadi pemberontak yang marah. Tidak seperti pejabat baru yang bahkan membenci hingga ke kursi yang diduduki pejabat lama. Sebuah pemberontakan yang tenang, pasti dan amat percaya diri yang cuma mungkin muncul dari pribadi lengkap lauk pauk hidupnya. Inilah yang di dalam industri agro adalah hasil dari teknik sonic bloom itu.

Bahkan tanaman pun jika kepadanya diasupkan nutrisi organik, didengarkan bunyi-bunyian yang selaras dengan habitatnya akan segera merangsang pertumbuhannya. Pasti tidak semua anak Indoneisa punya berkesempatan tumbuh selengkap Sherina. Tetapi jika setidaknya mereka tumbuh dengan cinta yang semestinya, anak-anak itu, pasti akan mudah menemukan kehidupannya.

-------------------------
Informasi, saran, kritik, Hubungi segera : 

WA: 0811 3010 123

sms:08113010123?body=halo
Telp/SMS : 0811 3010 123

*tombol hanya berfungsi jika anda mengakses web ini via Smartphone

Komentar

Postingan Populer