Saat Aku Terima SMS-mu (Merenung Sampai Mati - Pri GS)

SMS di hari ini adalah Pak Pos di masa SMP ku dulu. Bahkan cukup hanya mendengar bel sepedanya, sudah cukup membuat gemetar jantungku. Aku sudah mulai jatuh cinta saat itu dan surat-suratan adalah keasyikan tertinggiku. Maka menunggu balasan surat adalah ketegangan utamaku. Masih bersepeda Pak Pos saat itu dan seragamnya berwarna kelabu. Gesit, cepat dan berburu waktu. Maka ketika ia cuma berlalu, kecewa sekali hatiku.

Begitulah perasaanku sekarang terhadap SMS setiap ia menyalak di HP ku. Kedatangannya kusambut dengan degup jantung. Saat-saat hendak membukanya adalah saat-saat yang penuh dengan teka-teki. Dan inilah pesona teka-teki; ia mendebarkanku. Dari siapa, kabar apa yang ia bawa! Itulah selalu gairah yang tersimpan di bawah sadarku. Setiap SMS yang masuk adalah cuplikan dari misteri besar di depan yang gelap gulita. Maka mencungkil sedikit-demi sedikit kegelapan di depan untuk menjadi serpihan-serpihan terang di hari ini, pasti sebuah keadaan yang menegangkan.
Maka jika bunyi SMS itu tak lebih dari kabar yang biasa-biasa saja, hambarlah hatiku. Apalagi jika SMS itu hanya berisi kabar generik, yang bias dikirim juga ke sembarang orang, tak penting, tak mendesak, akan kecewalah hatiku. Di SMS aku butuh kiriman-kiriman yang sangat pribadi. Kalau pun ia bukan penting, sepanjang ia ada namaku, hanya untukku, ia akan menghibur hatiku.
Dari caramu mengirim SMS, aku akan segera menentukan apakah engkau bisa segera menjadi temanku. Jika SMS punuh singkatan, aku akan mengangapmu sebagai orang yang kikir. Aku jelas bukan orang yang bahagia mendapat sahabat kikir seperti itu. Cuma kata-kata saja engkau hemat demikian ketatnya. Jika engkau sedang tak punya waktu, lebih baik tundalah. Di negaraku ini sudah terlalu banyak singkatan untuk soal-soal yang tidak perlu. Malangnya, untuk hal-hal yang mestinya perlu disingkat, malah di panjang-panjangkan. Jadi jika, singkatan SMS mu itu hanya menggambarkan pribadi seperti itu, aku tidak gembira menyambutmu.
Ketahuilah, betapapun bagus kata-katamu dalam mengirim ucapan, jika itulah kata-kata yang juga engkau kirim ke sembarang orang, aku akan menyambutnya dengan dingin. Karena tidak ada unsur aku di dalam kirimanmu itu. Di mataku, engkau sedang menyamaratakan aku sebagai barang recehan. Susah payah aku meyakinkan diriku bahwa aku adalah sebuah pribadi. Memang aku tidak lebih hebat dari orang lain, tetapi aku juga pasti tidak lebih rendah. Tetapi ini bukan soal tinggi dan rendah. Ini cuma soal ''aku''. Inilah repotnya; dalam beberapa urusan, keakuan ini penting aku munculkan. Teman yang tidak memahami kedudukanku sebagai pribadi, adalah teman yang tidak peka. Dan ia pasti bukan teman yang mengasyikkan karenanya.
Sesingkat apapun engkau mengirim SMS-mu, sesingkat apapun waktu yang engaku punya, sebutlah namaku dalam SMS mu. Maka aku akan merasa menjadi pribadi yang istimewa. Sebagai akibatnya kau akan kusimpan di dalam hatiku sebagai pihak yang lembut hati dan penuh rasa hormat dengan sesamamu. Aku tidak sedang gila hormat. Tetapi aku jelas membutuhkan kehormatan karena ia menghidupkan, membuatku bergairah dan merasa berharga.
Maka jika ada SMS masuk, aku akan berdebar-debar membukanya. Sebetulnya aku tidak selalu mengharapkan kabar gembira, karena hidup memang tidak cuma berisi kegembiraan. Aku bahkan rela-rela saja jika SMS itu dikirim oleh seorang penipu. Dari pihak yang mengatakan aku adalah seorang pemenang hadiah dan begitu hadiah itu langsung aku dermakan kepadanya, orang ini malah kecewa! Tapi jelas, aku pasti tidak sedang membicarakan para penipu. Aku sedang membicarakan engkau sebagai sahabat yang bisa menggembirkaanku cukup dengan soal-soal sederhana dan cuma sedikit butuh waktu. Percayalah, aku juga akan melakukannya untukmu!

-------------------------
Informasi, saran, kritik, Hubungi segera : 

WA: 0811 3010 123

sms:08113010123?body=halo
Telp/SMS : 0811 3010 123

*tombol hanya berfungsi jika anda mengakses web ini via Smartphone

Komentar

Postingan Populer