Menyoal tentang usia kita....umur kita (bag.2)
Emosi juga sangat memengaruhi persepsi waktu. Saat kita bahagia atau bersemangat, otak melepaskan dopamin yang membuatnya mencatat lebih banyak detail. Hari terasa lebih panjang dan bermakna. Sebaliknya, stres berkepanjangan membuat otak mengaburkan detail karena energinya terkuras untuk bertahan. Hari terasa hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Emosi yang stabil menjadikan waktu terasa lebih lambat dan lebih kaya.
Di tengah semua ini, ada renungan yang sering luput dari perhatian. Bertambahnya usia pada hakikatnya makin mengurangi jatah hidup kita di dunia. Setiap ulang tahun yang kita rayakan, pada dasarnya, membawa kita selangkah lebih dekat menuju akhir perjalanan. Banyak orang menginginkan umur panjang, tetapi tidak semua menyadari bahwa umur panjang bisa menjadi keberuntungan, bisa pula menjadi malapetaka. Hakikat umur panjang bukan terletak pada lamanya hidup, tetapi pada keberkahannya. Yang berharga bukan angka usia yang terus bertambah, melainkan kualitas hidup yang ikut meningkat. Umur yang panjang tetapi hampa hanyalah barisan angka. Sedangkan umur yang penuh makna adalah karunia yang tak ternilai.
Kabar baiknya, kita bisa membuat waktu terasa "lebih panjang" dengan cara memperkaya pengalaman. Waktu berjalan pada kecepatan yang sama, tetapi otak akan merasakannya berbeda ketika kita memberi kesempatan untuk mencatat hal-hal baru. Mulailah mencoba hobi yang belum pernah dicoba, menjelajahi tempat baru, berbicara dengan orang baru, atau sekadar mengganti rute ketika pulang kerja. Hal-hal sederhana dapat menjadi penanda memori yang kuat. Tantangan baru membuat otak aktif kembali dan menghidupkan detail-detail kecil yang membuat hidup terasa penuh warna.
Dengan memperkaya pengalaman, kita bukan hanya memperlambat persepsi waktu, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup. Inilah yang disebut umur yang berkah: bukan panjangnya tahun yang kita kumpulkan, tetapi seberapa dalam kita menjalani tahun-tahun itu. Waktu tidak pernah berubah. Yang berubah adalah cara kita memperhatikannya. Ketika hidup dipenuhi rutinitas, waktu terasa menyusut. Ketika hidup dipenuhi makna, waktu terasa lapang dan melimpah.
Pada akhirnya, hidup bukan soal berapa lama kita berjalan, tetapi seberapa banyak yang benar-benar kita rasakan

Komentar