Oprah Winfrey dan Kertas Tisu (Merenung Sampai Mati - Pri GS)

Saya menyukai Oprah Winfrey Show. Tidak ada yang istimewa karena saya pasti cuma bagian dari berjuta-juta penggemar show yang luar biasa ini. Tapi izinkan saya mengemukakan alasan pribadi kenapa saya menyukai orang ini, lebih dari ketrampilannya sebagai pewawancara, tetapi lebih karena sensivitasnya sebagai manusia. Menurut saya, itulah kekuatan terbesar Oprah. Ia sukses menghidupkan pertunjukkannya karena ia menghidupkan kemanusiaan.


Ketika 20 tahun genap umur perusahaannya, ia menerbangkan ratusan karyawannya piknik ke Hawai dengan mencarter 5 pesawat. Sebuah keputusan yang disambut teriakan gembira oleh seluruh pekerja dan beberapa di antaranya harus berlinang air mata. Kenapa? Karena bahkan di antara karyawan itu ada orang-orang yang belum pernah sekalipun naik pesawat. Piknik ke Hawai itu adalah salah mimpi besar mereka.

Tetapi kabar gembira ini belum lengkap. Belum rampung para karyawan itu bergembira, Oprah yang terdiam sejenak sudah menyambung lagi: ''Dan kalian semua boleh mengajak keluarga!'' Teriakan karyawan itu meledak gegap gempita. Air mata gembira berhamburan di banyak mata. Menonton adegan ini, Anda harus siap kertas tisu. Tapi menonton acara Oprah, memang harus selalu menyediakan penghapus air mata.

Oprah membawa ke depan hidung kita, aneka jenis peristiwa kemanusiaan yang menggetarkan. Misalnya tentang seorang ibu pengidap kanker. Ketika vonis dokter datang, ibu ini merasa batas hidupnya telah ditentukan. Mati telah disiapkan. Persoalannya, ia memiliki suami yang tampan dan baik hati serta putri semata wayang yang amat ia cintai. Berpisah dari putri kesayangan inilah soal yang belum sanggup ia bayangkan. Tetapi waktu terus mendesak. Dan ia harus melunaskan seluruh tugasnya sebagai ibu.

Maka setiap hari, kerjaannya adalah ngebut merekam gambarnya sendiri lewat video. Isinya adalah kurikulum nasihat untuk sang putri, mulai dari soal mencukur rambut, memilih pacar, hingga memilih suami kelak. Ibu yang hebat ini akhirnya memang harus menjemput ajal, tapi putri tercintanya setiap hari masih bisa mendengar nasihatnya. Kematian ternyata tidak memisahkan komunikasi ibu dan anak. Melengkapi kebaikan hati wanita ini, sambil melawan maut, ia sepenuhnya merestui jika kelak suaminya menikah lagi.

Si putri ini pun meremaja, dan sang ayah memang kembali jatuh cinta. Tidak mudah bagi sang anak menerima ayahnya memiliki kekasih baru, apalagi jika ia harus menjadi ibu baru. Ketika si anak mengatakan belum siap, sang bapak tak memaksa, tetapi sabar menunggu. Melihat ada jenis keluarga yang menetapkan standar kasih sayang demikian tinggi atas anggotanya, saya hanya bisa mengumpulkan anak-anak plus emaknya. Kami menonton bersama-sama talkshow ini. Dan kami ikut bersorak gembira ketika ibu baru itu ternyata juga wanita yang tak kalah baiknya.

Ia membacakan kembali, surat izin dari anak tirinya itu, surat yang mengizinkan ia menikah dan surat yang pertama kali menyebutnya sebagai ibu. Kamera merekam mata ibu baru ini yang basah dan bibirnya yang gemetar, Oprah meminta tisu dan seluruh penonton tercekam oleh rasa haru.

Jika saya menteri pendidikan, saya akan menginstruksikan agar Oprah Show ini dijadikan sebagai kurikulum wajib di sekolah dan universitas, tak peduli apakah saya akan dianggap sedang melanggar HAM. Karena orang-orang tulus hati, perilaku yang mulia, orang-orang yang merawat rumah tangganya sebagai harta tak terkira, manusia yang mencintai sesama dengan ketulusan nyaris sempurna, amat dibutuhkan Indonesia. Orang-orang itu menggentarkan kita langsung dengan kharisma perilakunya. Dan atas keteladanan seperti ini, sungguh kita sedang amat dahaga!

-------------------------
Informasi, saran, kritik, Hubungi segera : 

WA: 0811 3010 123

sms:08113010123?body=halo
Telp/SMS : 0811 3010 123

*tombol hanya berfungsi jika anda mengakses web ini via Smartphone

Komentar

Postingan Populer