Memahami kondisi kejiwaan dan alur pikiran seorang anak dengan kacamata anak itu sendiri
Salah satu hal yang paling sulit dilakukan oleh orang tua adalah memahami kondisi kejiwaan dan alur pikiran seorang anak dengan kacamata anak itu sendiri, seolah-olah orang tua berubah menjadi anak kecil dan sedang memerankan anak itu untuk mengetahui dari dalam bagaimana sebenarnya kondisi kejiwaan anak itu. Orang tua pada umumnya lebih suka memahami kondisi anak dengan kacamatanya sendiri. Akibatnya, seorang anak 'dipaksa' untuk memahami alur pikiran orang tuanya, bukan orang tua yang berusaha memahami alur piliran anaknya.
Sebenarnya alur pikiran anak itu sederhana dan perasaannya masih halus (sensitif). Itulah mengapa mereka suka menangis, karena mereka belum mampu memahami alur pikiran orang dewasa sehingga perasaannya sering terluka. Anak yang sering mengalami hal semacam ini lambat laun akan menjadi anak yang apatis dan tidak peduli dengan perasaan orang lain akibat sering diabaikannya perasaannya oleh orang tuanya.
Sebaliknya, anak yang perasaannya selalu dijaga oleh orang tuanya, kepekaan (sensitivitas)nya akan semakin tinggi. Jika anak anda terlihat bandel dan sulit diatur, jangan terburu-buru menyalahkannya. Coba introspeks diri terlebih dahulu, pernahkah anda mengabaikan perasaannya? Jika pernah, mungkin saat itu ia sedang ingin 'membalas' anda supaya anda sadar bahwa selama ini anda salah. Uniknya, seringkali anak melakukan hal itu tanpa ia sadari, sebab pada hakikatnya seorang anak merupakan cermin alami dari orang tuanya sendiri. Ia begitu mudah menyerap pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh orang tuanya, baik pelajaran baik maupun pelajaran buruk. Sebagai orang tua anda harus lebih hati-hati bersikap di depan anak, sebab semua itu akan dia tiru dan menjadi karakternya tanpa ia sadari.
Seorang anak yang sering dibentak akan menjadi anak yang suka membentak. Seorang anak yang sering dipukul pun akan tumbuh menjadi anak yang ringan tangan alias suka memukul.
Jadi, untuk dapat mengatur anak dengan tanpa melukai perasaannya, diperlukan rasa empati terhadap anak. Orang tua yang hebat adalah orang tua yang mampu berubah menjadi anak-anak lalu masuk ke dalam dunia mereka untuk memahami kejiwaan mereka dari dalam. Semakin pintar anda dalam menguasai hati anak, semakin besar peluang anda untuk menjadi orang tua yang ditaati sekaligus dicintai, bukan yang dibenci dan ditakuti. Rasulullah SAW bersabda, "Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati."
Komentar