Orang kok bisa secanggih itu ya.... (bag.4)-selesai
Penyatu Peradaban
Jadi, jika diantara teman-teman pembaca merasa punya banyak minat yang tampaknya tidak nyambung, berhentilah merasa minder, gak perlu merasa bersalah. Jangan paksa diri menjadi spesialis jika memiliki jiwa penjelajah. Dunia butuh keduanya. Spesialis bertugas menggali lubang yang dalam untuk menemukan titik-titik ilmu baru. Dunia juga butuh generalis untuk menghubungkan titik-titik tersebut menjadi sebuah garis utuh, sebuah gambar besar.
Terkait hal ini, jadi teringat kisah legendaris Gajah dan Sekumpulan Orang Buta. Dimana satu orang buta yang memegang kakinya mengira gajah mirip batang kelapa, yang memegang telinganya mengatakan gajah seperti tampi beras, yang memegang belalainya menyangka gajah seperti ular. Hanya orang yang bisa melihat secara utulah yang benar-benar bisa melihat bentuk gajah yang sebenarnya.
Bagi yang sedang mempelajari banyak hal, mungkin saja dianggap tidak berguna di mata orang lain. Entah itu belajar bahasa asing yang jarang dipakai, melukis, mengulik mesin motor tua, mengutak atik jeroan komputer atau belajar fotografi. Anggaplah itu sebagai upaya untuk mengumpulkaan titik-titik. Menjadi seorang generalis bukan berarti tidak ahli apa-apa. Itu berarti kita siap belajar apa saja dan di era yang serba cepat, disruptif dan unstoppable ini, kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi adalah satu-satunya "spesialisasi" yang tidak akan pernah kedaluwarsa.
Seperti kata Steve Jobs, kita harus percaya bahwa titik-titik itu entah bagaimana akan terhubung di masa depan. Menjadi seorang generalis berarti punya lebih banyak titik untuk dihubungkan daripada orang lain. Dari situlah letak inovasi yang tak terduga akan terlahir.
Stay foolish, stay hungry...

Komentar