Menyoal tentang usia kita....umur kita (bag.1)
Awal pekan ini, berbagai portal sains dunia kembali menyoroti penelitian dari Duke University yang viral di media sosial. Banyak orang merasa relate karena penelitian itu menjelaskan sesuatu yang sudah lama kita rasakan: semakin bertambah usia, waktu terasa makin cepat berlalu. Warganet ramai bercanda bahwa Januari seolah langsung melompat ke Desember tanpa peringatan. Fenomena ini bukan sekadar perasaan kosong, tetapi berkaitan dengan cara otak memproses dunia di sekitar kita.
Ketika masih muda, otak kita bekerja seperti kamera dengan sensitivitas tinggi. Setiap hal terasa baru. Pertama kali sekolah, memiliki teman baru, belajar naik sepeda, pergi berlibur, bahkan hal-hal kecil seperti membeli jajanan dengan uang saku pertama. Semua pengalaman itu kaya detail dan penuh kejutan, sehingga memori masa kecil terasa panjang dan padat. Otak mencatat begitu banyak rangsangan baru, membuat waktu terasa melambat.
Namun seiring bertambahnya usia, hidup perlahan berubah menjadi pola yang berulang. Kita bangun pada jam yang sama, melewati rute yang sama, bekerja dengan aktivitas yang serupa, bertemu orang yang sama, lalu pulang dengan ritme yang hampir identik setiap hari. Rutinitas membuat otak beralih ke mode otomatis. Ia menjadi lebih efisien, tetapi mengurangi perhatian terhadap detail kecil yang biasanya memperkaya memori. Ketika hari-hari terasa serupa, memori menjadi minim dan waktu terasa melaju lebih cepat.
Penelitian dalam Journal of Neuroscience menunjukkan bahwa kecepatan transmisi sinyal otak menurun sekitar 15 persen ketika seseorang memasuki usia 40 tahun. Informasi yang masuk diproses lebih lambat dan pengalaman baru direkam lebih sedikit. Otak menghitung waktu bukan dari jumlah jam, tetapi dari seberapa banyak pengalaman yang layak disimpan dalam memori jangka panjang. Ketika memori yang terekam menipis, waktu terasa seperti terkompres dan berlalu begitu cepat.
Studi dari University of London juga menemukan bahwa aktivitas monoton membuat otak mengompres memori harian. Seminggu penuh pekerjaan bisa terasa seperti sehari singkat, ketika tidak ada variasi. Waktu psikologis yang kita rasakan menjadi padat tetapi kosong, karena tidak banyak momen baru yang menandai perjalanan waktu itu.
(bersambung)
.jpeg)
Komentar