Bisakah Indonesia Bebas dari Sampah 2029? (bag.1)



Indonesia Bebas Sampah 2029? Mimpi Besar di Tengah Realita Gunungan Sampah

Saya masih ingat betul perasaan campur aduk setiap kali melihat foto atau video gunungan sampah dari udara. 

Dari atas, tempat pembuangan akhir itu tampak seperti bukit raksasa bukan bukit hijau yang menenangkan, melainkan hamparan sampah yang tak berujung. 

Di situlah saya mulai bertanya dalam hati: benarkah Indonesia bisa bebas sampah pada 2029? Atau ini hanya mimpi besar yang sulit diwujudkan? 

Pertanyaan itu terasa makin relevan ketika saya membaca data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Tahun 2025, Indonesia tercatat menghasilkan puluhan juta ton sampah setiap tahun. 

Pada 2023 saja, angkanya mencapai sekitar 68,5 juta ton, dan trennya terus naik. Angka ini bukan sekadar statistik ini adalah cerminan gaya hidup kita sehari-hari.

Yang membuat saya semakin tersadar, lebih dari 60 % sampah berasal dari rumah tangga. 

Artinya, sumber persoalan bukan hanya pabrik besar atau kawasan industri, tetapi justru dari aktivitas paling sederhana: memasak, makan, belanja, dan membuang sisa. 

Ironisnya, sisa makanan mendominasi komposisi sampah, mencapai sekitar 40--45 %. Sebagai orang yang tumbuh dengan nasihat "jangan menyisakan makanan", fakta ini terasa seperti tamparan halus.

Pemerintah sebenarnya sudah memasang target yang cukup jelas. Pada 2025, Indonesia menargetkan pengurangan sampah 30 % dan penanganan 70 %. 

Target ini menjadi pijakan menuju cita-cita yang lebih ambisius: pengelolaan sampah secara menyeluruh pada 2029. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa baru sekitar 59,7 % sampah yang terkelola. 

Sisanya? Masih berakhir di TPA yang penuh sesak, sungai yang tercemar, atau dibakar begitu saja.

Saya sering berpikir, masalah sampah di Indonesia bukan semata soal kurangnya kebijakan, melainkan soal jarak antara rencana dan kebiasaan. 

(bersambung)

Komentar

Postingan Populer