Nggedabruzz tentang AI (bag.1)
Gelombang PHK global belakangan ini adalah fakta dan kondisi nyata yang perlu kita sikapi bersama.
Mungkin saja para pakar ada benarnya, bahwa banyak perusahaan terkesan sedang mencari alasan pembenaran paling rasional untuk melakukan efisiensi jumlah karyawannya. Kebetulan saat ini dunia sedang berada di era perkembangan Akal Imitasi (Artificial Intelligence/AI) yang demikian pesatnya.
Namun saat bersamaan, mau tak mau kita harus mengakui bahwa banyak pekerjaan manusia terutama yang rutin, mungkin saja akan segera beralih dan dikerjakan dengan lebih cepat serta efisien oleh mesin bernama AI.
Hari-hari ini, sebagian besar orang sudah merasakan langsung bantuan kecerdasan AI membuat mereka bisa bekerja lebih cepat dan produktif. Lebih hebatnya lagi, AI bisa bekerja non stop dan tanpa lelah. AI juga tak pernah minta izin sakit, cuti, apalagi minta kenaikan gaji layaknya kita manusia.
Apakah ini berarti AI adalah ancaman? Tentu saja. Bagi mereka yang tidak segera mempersiapkan diri karena sudah terlalu nyaman dengan kondisinya saat ini, mungkin nanti tanpa disadari AI tiba-tiba saja sudah menggantikan peran dan fungsinya.
Peringatan Goldman Sachs bahwa guncangan pasar tenaga kerja global akibat AI baru akan mencapai puncaknya dalam tiga tahun mendatang semestinya bukan sekadar alat untuk menakut-nakuti. Itu jelas lahir dari pengamatan terhadap perkembangan situasi dan kondisi riil terkini.
Apa yang bisa dilakukan? Segeralah upgrade diri. Setiap kemajuan teknologi seperti perkembangan AI saat ini adalah sebuah keniscayaan yang tidak mungkin bisa ditolak.
Segera pelajari bahkan kuasai ilmu-ilmu terkini. Jadikan momentum perkembangan AI saat ini sebagai alat yang efektif untuk membantu kita menjadi lebih produktif.
(bersambung)

Komentar